Terkadang saya suka bingung jika melihat mahasiwa demonstrasi menolak kenaikan harga BBM, dengan berdalih demi rakyak kecil, mereka berteriak-teriak dijalanan menolak kenaikan BBM, menghujat kinerja pemerintah. Jika dipikir-pikir, apa untungnya... toh dari dulu juga aksi demonstrasi seperti itu tidak pernah menyelesaikan masalah.
Memang sudah sewajarnya kalau BBM naik, mengingat harga minyak yang sudah lebih dari $120 per barrel. Jika tidak dinaikan, berapa besar dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk menyubsidi BMM yang nyata-nyatanya BBM tersebut justru lebih banyak dipakai oleh kalangan menengah ke atas (yang punya motor dan mobil), yang seharusnya jika dia bisa membeli kendaraan tersebut berarti dia harus menerima resiko untuk membeli BBM.
Mungkin seharusnya ada peraturan yang membuat BBM bersubsidi hanya boleh dibeli oleh angkutan umum, truk, bus, alat pengankut barang lainnya, sedangkan kendaraan pribadi tidak diijinkan.
Lagi pula dengan dinaikan BMM ada untungnya, orang akan mulai berhemat dalam menggunakan BBM, sehingga laju pencemaran gas buang kendaraan bermotor akan berkurang. Jika dilihat-lihat dengan murahnya harga BBM orang sangat boros, untuk perjalanan dibawah 10 km saja orang lebih memilih naik motor atau mobil. Pelajar dan mahasiswa banyak yang menggunakan motor atau mobil sebagai kendaraan, padahal jarak dari rumah ke kampusnya cukup dekat. Sebagai alternatif mulailah untuk Jalan kaki, Bersepeda, atau naik angkutan umum untuk bepergian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar